Bank di RI berotot, bermodal kuat, banjir keuntungan

banner 468x60


banner 336x280

Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga pemeringkat Moody’s memperkirakan situasi keuangan dan bisnis perbankan di Indonesia tidak akan terganggu dengan tren suku bunga acuan bank sentral yang saat ini masih tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Seperti diketahui, pada April 2024, Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Dampak depresiasi nilai tukar rupee terhadap dolar AS secara signifikan mulai 16 April 2024.

Senior Vice President Moody’s Ratings Eugene Tarzimanov mengatakan, tekanan tingginya suku bunga acuan dan melemahnya nilai tukar rupiah tidak akan mempengaruhi kinerja perbankan Indonesia, bahkan dari sisi likuiditas.

Katanya, hal ini karena sangat kuat dari segi permodalan serta profitabilitas yang terjaga. Berdasarkan catatan BI, rasio kecukupan modal (CAR) bank pada Februari 2024 berada di level 27,73%,

“Saya kira fundamental perbankan di Indonesia masih terjaga fundamentalnya. Bank-bank di Indonesia punya cadangan modal yang kuat dan profitabilitas yang sangat-sangat tinggi,” kata Eugene dalam program Indonesia Power Lunch CNBC, Senin (13/5/2024).

Eugene mengatakan, tren suku bunga acuan yang tinggi dan melemahnya nilai tukar rupee biasanya menyebabkan penyaluran kredit perbankan melemah, rasio kredit bermasalah (NPL) bank meningkat, dan nilai investasi perbankan menghilang.

Namun bagi perbankan di Indonesia, menurutnya, potensi risiko tersebut dapat diimbangi dengan tingginya kecukupan modal dan profitabilitas yang terjaga selama ini. BI juga mencatat rasio NPL masih rendah yakni sebesar 2,35% (gross) dan 0,82% (net) pada Februari 2024.

READ  Simak 6 tips mencegah kejahatan bank dari OJK

“Jadi ini margin yang sangat-sangat tinggi untuk mengimbangi risiko mata uang asing atau risiko kredit yang mungkin terjadi. Jadi bantalannya sangat kuat,” kata Eugene.

“Dan sebenarnya sejauh ini, dalam enam bulan terakhir, kita melihat banyak perbaikan di perbankan. Dan sekali lagi, ini merupakan perkembangan positif bagi sistem perbankan di Indonesia,” tegasnya.

Berdasarkan catatan Kantor Jasa Keuangan (OJK), terjaganya profitabilitas perbankan tercermin pada rasio return on assets (ROA) dan net interest margin (NIM). Per Maret 2024, ROA dan NIM meningkat menjadi 2,62% dan 4,59% pada Februari 2024 dari masing-masing 2,52% dan 4,49%.

OJK juga mencatat kualitas kredit tetap terjaga, dengan rasio kredit bermasalah neto perbankan justru turun menjadi 0,77% pada Maret 2024 dari 0,82% pada Februari 2024. Nilai bruto kredit bermasalah tercatat sebesar 2 per Maret 2024 ,25%, dari Februari 2024 sebesar 2,35%. .

Oleh karena itu, menurut saya jika kita membandingkan bank-bank di Indonesia dengan beberapa bank di negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina, maka bank-bank di Indonesia memiliki capital buffer yang paling kuat dan profitabilitas yang paling tinggi, kata Eugene.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Serangkaian Langkah BI Lindungi Bank dari ‘Kekeringan Uang’

(lengan/aku)


Quoted From Many Source

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *